BudayaEkonomi BisnisGaya HidupYogyakarta

Batik Sinom Parijotho Salak Khas Sleman yang Merambah Pangsa Pasar Dunia

Lawupos.com – Tak hanya terkenal dengan kekayaan adat budaya Jawa yang membawa Yogyakarta menjadi salah satu kota yang dibanggakan, namun ternyata Yogyakarta juga menyimpan potensi produk unggulan yang dapat meningkatkan pendapatan daerahnya.

Produk batik contohnya. Batik yang menjadi produk andalah daerah ini sangat digemari oleh konsumen, baik domestik maupun internasional.

Kabupaten Sleman secara geografis dan kultur daerahnya merupakan bagian dari Yogyakarta. Dan saat ini, daerah tersebut sedang mengembangkan batik khas Kabupaten Sleman sebagai produk unggulan.

Hal tersebut dikuatkan dengan, Bupati Sleman Dra. Hj. Kustini Sri Purnomo menjadi salah seorang yang terpilih mendapatkan Anugerah Kebudayaan PWI Pusat 2023 dari 10 Bupati/Wali Kota penerima Anugerah Kebudayaan PWI Pusat tahun ini dengan membawa dan mempresentasikan batik Sinom Parijotho Salak sebagai inovasi batik Sleman yang berbasis kearifan lokal.

Awal mulanya berbekal ide dan keinginan untuk menciptakan batik khas Sleman, Kustini mendapat dukungan dari suaminya yang saat itu menjabat Bupati Sleman pada tahun 2010-2021 sebelum dirinya yang menggantikan.

Proses panjang pun mewarnai pencarian motif batik ini hingga motif ini sah sebagai motif batik Khas Sleman. Dari desain original, bahan warna yang bermutu, hingga pemakaian bahan kain dengan mutu yang baik.

Pada 2012 lalu, untuk menggali potensi para desainer batik, Kabupaten Sleman menggelar lomba desain batik Sleman dan berhasil menjaring 10 finalis dengan ketentuan motif yang bersumber pada kekayaan alam dan budaya Kabupaten Sleman. Kemudian dipilihlah dua pemenang yang masing-masing menyuguhkan desain motif Parijotho yang dibuat oleh Susilo Radi Yuniarto dan desain motif Salak. Karena tanaman Parijotho dan Salak memang banyak ditemukan di Kabupaten Sleman.

Lalu, untuk pewarnaan batik ini menggunakan warna alam. Pihak Pemkab telah bekerja sama dengan Fakultas Teknik Kimia UGM tahun 2015 untuk menemukan pewarna alam yang bermutu, yaitu Indigofera dalam bentuk bubuk.

Kemudian, bahan baku kain bermutu harus tersedia. Kustini juga menjelaskan bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan PT. Primisima sejak tahun 2016 untuk menyediakan bahan baku kain yang bermutu.

Dibalik cantiknya desain-desain batik tersebut, kemudian didesain ulang dan digabungkan menjadi satu kesatuan oleh perajin-perajin Paguyuban Batik Khas Sleman yang diberi nama motif batik Sinom Parijotho Salak. Batik ini menyimpan makna filosofis yang menggambarkan harapan akan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat Kabupaten Sleman yang diayomi oleh pemimpin pemegang amanah rakyat.

Lanjut tahun 2014, Pemkab Sleman me-launching batik motif Sinom Parijotho Salak. Hal itu dikukuhkan dengan menerbitkan peraturan Bupati tentang tata kelola batik Sleman tahun 2015. Lalu, Pemkab Sleman mendaftarkan Hak Cipta Motif Batik Sinom Parijotho Salak di Kementerian Hukum dan HAM tahun 2019. Yang kemudian, keluar kebijakan menetapkan penggunaan pakaian oleh masyarakat dan ASN di lingkungan Pemkab Sleman dengan batik tersebut.

Kerja keras yang panjang memproduksi batik khas Sleman itu kini mulai menunjukkan hasilnya. Pendapatan pengrajin batik Sinom Parijotho Salak meningkat cukup singnifikan beberapa tahun belakangan ini. Dimana omzet tahun 2020 telah mencapai Rp 5,025 miliar, lalu tahun 2021 mencapai Rp 7,815 miliar, dan tahun 2022 omzetnya telah menembus angka Rp 8,76 miliar.

Tak hanya sampai di situ saja, desainer Samuel Watimena telah membawa batik Sinom Parijotho Salak ikut dalam fashion show di Korea Selatan, sehingga batik ini telah dikenal di belahan negara lain dan telah memasuki pangsa pasar Eropa. Batik Sinom Parijotho Salak pun telah menjadi brand Kabupaten Sleman. (EN/Yogyakarta)

Related Articles

Back to top button