Ini Rangkaian Perayaan Nyepi Umat Hindu, Dari Ritual Melasti Hingga Ngembak Geni
Lawupos.com – Melasti merupakan salah satu ritual yang dilakukan umat Hindu sebelum merayakan Hari Raya Suci Nyepi. Tak hanya dilakukan di Bali saja, ritual ini umum dilakukan umat Hindu diseluruh penjuru Tanah Air.
Perayaan Hari Raya Nyepi didasarkan pada perhitungan penanggalan atau kalender Saka. Untuk tahun ini jatuh pada tanggal 22 Maret 2023 Masehi atau 1945 Saka.
Biasanya ritual Melasti dilakukan di pura yang berada di dekat laut atau sumber air kehidupan (tirta amertha), seperti laut, danau, atau sungai.
Sebelum pelaksanaan, upacara Melasti dipimpin oleh seorang Romo dan Pinandita. Romo dan Pinandita ini yang memimpin doa-doa dan membacakan kitab yang akan didengar oleh seluruh umat Hindu yang hadir.
Ibadah ini cukup dilaksanakan dalam satu kali gelombang peribadatan. Setelah melaksanakan pembacaan doa-doa, bersama dengan Pinandita lainnya, mereka akan menuju laut untuk melaksanakan ritual upacara Melasti sembari membaca doa-doa.
Setelah sampai di tengah laut, pemimpin ritual akan melarung sesaji berupa hewan ternak (ayam dan bebek), serta bunga yang diletakkan di atas anyaman pandan sembari membacakan doa-doa. Kemudian, para Pinandita akan mengambil air laut tersebut yang akan digunakan untuk menyucikan umat Hindu dan Pralingga (alat-alat persembahyangan).
Ditilik dari arti harfiah, Melasti berarti menghanyutkan atau membuang segala kotoran alam menggunakan air suci. Kotoran yang dimaksud adalah segala kotoran (dosa), baik dalam diri manusia (wan alit) maupun yang ada di dunia (wan agung).
Selain itu, Melasti merupakan proses pembersihan diri manusia secara lahir dan batin, serta sebagai pembersihan alam. Dimana ritual ini akan meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata yang merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha Esa untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa kelesa dan mencegah kerusakan alam.
Dilansir situs Kabupaten Buleleng, upacara Melasti memiliki lima tujuan yaitu:
- Ngiring prewatek dewata, artinya upacara Melasti hendaknya didahului dengan memuja Tuhan dengan segala manifestasinya dalam perjalanan melasti. Tujuannya adalah agar dapat mengikuti tuntunan para dewa sebagai manifestasi Tuhan.
- Anganyutaken laraning jagat, artinya menghanyutkan penderitaan masyarakat. Maka, upacara Melasti bertujuan untuk memotivasi umat secara ritual dan spiritual untuk melenyapkan penyakit-penyakit sosial.
- Papa kelesa, artinya Melasti bertujuan menuntun umat agar menghilangkan kepapanannya secara individual. Ada lima lesa yang harus dihilangkan agar seseorang jangan menderita, yaitu:
- Awidya: Kegelapan atau mabuk
- Asmita: Egois, mementingkan diri sendiri
- Raga: pengumbaran hawa nafsu
- Dwesa: sifat pemarah dan pendendam,
- Adhiniwesa: rasa takut tanpa sebab, yang paling mengerikan rasa takut mati.
- Letuhing Bhuwana, artinya alam yang kotor. Maksudnya upacara Melasti bertujuan untuk meningkatkan umat hindu agar mengembalikan kelestarian alam lingkungan atau dengan kata lain menghilangkan sifat-sifat manusia yang merusak alam lingkungan.
- Ngamet sarining amerta ring telenging segara, artinya mengambil sari-sari kehidupan dari tengah lautan. Ini berarti upacara Melasti mengandung muatan nilai-nilai kehidupan yang sangat universal.
Dalam rangkaian Hari Raya Suci Nyepi, setelah upacara Melasti dilanjutkan dengan:
Tawur Kesanga atau Mecaru
Tradisi ini biasanya digelar sehari sebelum perayaan Nyepi yang identik dengan pawai Ogoh-ogoh. Bagi masyarakat Hindu, Ogoh-ogoh merupakan perwujudan sifat buruk dan jahat manusia, dimana di akhir ritual Ogoh-ogoh akan dibakar sebagai simbol pembersihan sifat jahat manusia yang dilenyapkan dalam ritual Nyepi.
Nyepi Sipeng
Nyepi Sipeng biasanya dilaksanakan selama sehari penuh (24 jam), dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian, yakni:
a. Amati geni, yaitu tidak menyalakan api/lampu termasuk api nafsu yang mengandung makna pengendalian diri dari segala bentuk angkara murka.
b. Amati karya, yaitu tidak melakukan kegiatan fisik/kerja dan yang terpenting adalah melakukan aktivitas rohani untuk penyucian diri.
c. Amati lelungan, yaitu tidak berpergian, akan tetapi senantiasa introspeksi diri/mawas diri dengan memusatkan pikiran Astiti Bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi/Ista Dewata.
d. Amati lelanguan, yaitu tidak mengadakan hiburan/rekreasi yang bertujuan untuk bersenang-senang, melainkan tekun melatih batin untuk mencapai produktivitas rohani yang tinggi.
Upacara Ngembak Geni
Biasanya pada ritual ini masyarakat akan saling berkunjung ke sanak saudara atau melakukan Dharma Shanti (prosesi saling memaafkan). Penutup rangkaian perayaan Nyepi ini menjadi pertanda untuk memulai lembaran baru dengan hati yang bersih. Biasanya para pemuda juga akan melakukan tradisi Omed-omedan (saling berpelukan) usai tradisi Ngembak Geni, untuk mempererat keakraban antar umat Hindu. (Red)