BudayaJawa TengahSoloSolo RayaYogyakarta

Kraton Surakarta Gelar Tradisi Sadranan di Makam Raja-Raja Kotagede dan Pajimatan Imogiri

Lawupos.com – Tradisi Nyadran merupakan tradisi yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Jawa, khususnya di Jawa Tengah. Tradisi yang dilakukan pada bulan Ruwah menjelang bulan Ramadan ini, biasanya dilakukan di makam leluhur sebagai tanda bakti, ungkapan penghormatan, dan terima kasih kepada para leluhur. Hingga saat ini, tradisi ini masih dilestarikan oleh Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, kembali menggelar tradisi Sadranan di makam Raja-Raja Mataram Kotagede dan Pajimatan Imogiri, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (12/03/2023). Di mana sebelumnya, Kraton Surakarta telah melaksanakan tradisi Nyadran atau Sadranan di makam Kyai Ageng Henis (Kota Surakarta) dan Ki Ageng Pengging Handayaningrat (Kabupaten Boyolali) beberapa waktu lalu.

Kegiatan tersebut tampak dihadiri langsung oleh Raja Kraton Surakarta SISKS. Pakoe Boewono (PB) XIII yang didampingi Permaisuri GKR Pakoe Boewono. Akan tetapi, keduanya tidak turut masuk ke dalam kompleks pemakaman. Sebab, menurut adat dan kepercayaan di Kraton Surakarta, seorang raja dan ratu tidak boleh masuk ke dalam makam.

Selain itu, terlihat juga dalam prosesi Sadranan tersebut, Putra Mahkota Kraton Surakarta KGPAA. Hamangkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram, dan GRAy. Putri Purnaningrum yang merupakan salah seorang anak perempuan PB XIII.

Dalam gelaran tradisi yang rutin diadakan menjelang bulan Ramadan itu juga dihadiri oleh Mbakyu Dalem atau kakak perempuan PB XIII, yakni GKR. Alit, sejumlah Rayi Dalem atau adik PB XIII, di antaranya KGPH. Adipati Dipo Kusumo, GRAy. Koes Rahmaniyah, GRAy. Koes Sapardiyah, GRay. Koes Raspiyah, dan GRAy. Koes Soewiyah.

Dalam kompleks Makam Raja-Raja Kotagede, para kerabat dan Abdi Dalem yang memasuki kompleks makam harus mengenakan baju adat Kraton. Dan setelah itu seluruh peserta dengan khidmat melantunkan tahlil dan doa yang dipimpin oleh ulama Kraton Surakarta.

Usai berdoa, acara dilanjutkan dengan prosesi tabur bunga. Dalam prosesi tersebut, KGPH. Adipati Dipo Kusumo menjadi orang pertama yang menaburkan bunga di makam para leluhur Mataram itu. Lalu, dilanjutkan oleh GKR. Alit, dan seterusnya, hingga para Abdi Dalem.

Setelah selesai melakukan ziarah di makam Raja-Raja Kotagede, rombongan dari Kraton Surakarta langsung bergerak melanjutkan tradisi Sadranan di makam Raja-Raja Imogiri atau Pajimatan Imogiri.

Di Pajimatan Imogiri, prosesi ziarah dilakukan bersamaan di semua makam leluhur Kraton Surakarta antara lain makam Sultan Agung Hanyokrokusumo, Kanjeng Susuhunan Amangkurat Amral, Kanjeng Susuhunan Amangkurat Emas, Paku Buwono I, Kanjeng Susuhunan Amangkurat Jawi, dan Paku Buwono II hingga Paku Buwono XII.

“Tradisi Sadranan adalah sebagai pengingat bahwa kita memiliki leluhur, kita memiliki trah kerabat secara turun-temurun yang tidak hanya secara pribadi, namun juga melibatkan para Sentana Dalem, Abdi Dalem, Kawula Dalem dan para Kerabat Dalem,” ujar KGPH. Adipati Drs. Dipokusumo, M.Si Pengageng Parentah Kraton Surakarta yang ditemui seusai acara. (Red/Solo Raya)

Related Articles

Back to top button