Misteri Desa Hilang di Lereng Gunung Lawu
Lawupos.com – Pernahkah Anda membayangkan sebuah desa yang hilang secara misterius di lereng atas Gunung Lawu, Jawa Tengah? Kisah ini tersembunyi di komplek Taman Hutan Rakyat (Tahura) KGPAA Mangkunagoro I, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Diyakini, dulu, ada sebuah pemukiman yang pernah berdiri di kawasan ini. Namun, entah bagaimana, pemukiman itu menghilang tanpa jejak, menyisakan hanya benda-benda purbakala yang kini menjadi incaran para pemburu harta karun gaib.
Candi Cemoro Pogog
Salah satu misteri terbesar di komplek Tahura adalah Candi Cemoro Pogog, ditemukan beberapa tahun lalu dalam kondisi hampir tak berbentuk. Batu-batu berbentuk balok dan susunan batu mirip tangga, mungkin pintu masuk candi, menjadi saksi bisu keberadaan pemukiman yang perlahan terlupakan ini.
Candi Cemoro Pogog diduga dibangun jauh sebelum jaman Majapahit, seperti yang selama ini diyakini masyarakat setempat. Artinya bahwa candi-candi tersebut dibangun oleh masyarakat yang jauh lebih dulu ada dari Majapahit.
Sedangkan pihak Majapahit hanya sebatas menambahkan ornamen-ornamen tertentu di beberapa bagian, sebagai bagian dari upaya melakukan rekonstruksi terhadap candi-candi tersebut. Sehingga hal itulah yang kemudian memunculkan anggapan bahwa candi-candi tersebut dibangun di era Majapahit
Nama Cemoro Pogog diambil dari pohon cemara patah di dekatnya, memberikan petunjuk untuk mengingat lokasi candi yang sulit ditemukan.
Rekonstruksi Candi
Meski banyak penemuan bersejarah di komplek Tahura, seperti Candi Cemoro Pogog, belum ada upaya rekonstruksi resmi. Haryadi, seorang pegawai Tahura, menyatakan keterbatasan upaya mereka untuk melibatkan dinas terkait tanpa merusak situs bersejarah.
“Sejauh ini upaya kami hanya sebatas melakukan penbersihan di sekitar lokasi candi. Kami belum berani melakukan penggalian atau apapun yang lebih jauh. Karena sudah ada pihak yang lebih berwenang (BPCB),” jelasnya seperti dikutip dari Majalah LIBERTY edisi Agustus 2015.
Menurutnya, tempat ini lebih sering dimanfaatkan oleh mereka yang memiliki tujuan spiritual, melakukan meditasi, atau bahkan ritual penarikan pusaka gaib.
Desa yang Hilang
Masyarakat setempat meyakini bahwa di tengah Tahura dulu ada desa yang hilang, dihubungkan dengan temuan Candi Cemoro Pogog. Peninggalan-peninggalan kuno, seperti gerabah dan perhiasan, menjadi petunjuk bahwa komplek ini mungkin dulu adalah sebuah pemukiman.
“Masyarakat sini yakin kalau dulu pernah ada sebuah pemukiman semacam desa yang ada di tengah hutan. Walaupun mereka tidak tahu di mana persisnya desa itu, namun semenjak ditemukannya Candi Cemoro Pogog, banyak yang meyakini kalau desa itu berada di sana. Apalagi dikuatkan dengan berbagai temuan benda kuno serta pengakuan orang-orang yang telah melakukan upaya spiritual, guna melakukan deteksi gaib terhadap tempat itu,” jelas Haryadi
Konon desa itu adalah desa pertama yang ada di lereng atas Gunung Lawu, dan merupakan pemukiman dari masyarakat yang membangun candi-candi di wilayah Gunung Lawu. Dugaan ini merujuk pada bentuk candi-candi tersebut yang masih relatif sederhana.
Pasar Setan dan Sinar Gaib
Desa yang hilang ini, diyakini oleh beberapa orang, terkait dengan fenomena Pasar Setan di sekitar puncak Gunung Lawu. Konon, para pelaku transaksi di Pasar Setan adalah warga dari desa yang hilang, yang berada dalam dimensi berbeda.
Hilangnya pemukiman ini diyakini terkait dengan fenomena-fenomena ganjil di Gunung Lawu, seperti sinar gaib dari Candi Sukuh yang membentuk pintu gerbang alam gaib.
Sebagian masyarakat meyakini bahwa penduduk desa yang hilang tersedot ke dimensi lain melalui sinar misterius dari Candi Sukuh.
“Dulu katanya pada malam-malam tertentu, dari Candi Sukuh itu keluar sebuah sinar yang membentuk semacam pintu gerbang di langit. Meski tidak semua orang bisa menyaksikan, namun banyak yang pernah melihatnya. Yang mana hal itu diyakini sebagai pintu gerbang alam gaib, yang bisa membawa siapa saja memasuki dimensi lain dalam kehidupan ini. dan hal itu juga yang kemungkinan terjadi pada para penduduk di desa yang hilang itu,” ungkap Haryadi.
Pertemuan dengan Makhluk Gaib
Beberapa orang yang melakukan ritual di Tahura mengaku bertemu dengan sosok-sosok misterius. Margo Saptono, seorang polisi hutan, menceritakan pengalamannya melihat seorang pria muda berpakaian bangsawan lengkap dengan perhiasan. Sosok itu tersenyum sejenak sebelum menghilang, meninggalkan tanda bahwa eksistensi desa yang hilang masih ada dalam dimensi yang sulit dipahami manusia.
“Saat itu saya tiba-tiba melihat seorang pria muda berpakaian seperti seorang bangsawan, lengkap dengan perhiasan yang bagus-bagus. Pria itu tersenyum saat menatap saya. Namun sebentar kemudian saat saya menoleh, ternyata dia sudah hilang. Mungkin dia adalah sosok raja atau tokoh masyarakat dari desa yang hilang itu. Yang sengaja masih ingin menunjukkan eksistensinya,” terangnya.
Kisah misteri desa yang hilang di lereng Gunung Lawu ini semakin menguatkan pandangan bahwa Tahura bukan sekadar hutan biasa. Di balik pepohonan dan reruntuhan candi, tersimpan rahasia alam gaib yang mempesona, menanti orang-orang berhati petualang untuk menjelajah dan merasakan keajaiban yang tersembunyi di antara dedaunan dan batu-batu kuno. Siapakah yang tahu apa misteri lain yang mungkin terkuak di Tahura KGPAA Mangkunagoro I ini? Mari kita sambangi dan rasakan sendiri kehadiran misteri yang menggoda di kawasan ini. @redaksi