Permukiman di Bantaran Sungai Bengawan Solo, Sumbang Masalah Banjir di Kota Surakarta

Lawupos.com – Cuaca ekstrem tahun ini, dimana hujan yang mengguyur sebagian besar wilayah Indonesia, membuat banyak daerah kuwalahan mengatasi debit air, tak terkecuali Kota Surakarta, Jawa Tengah. Berkurangnya daerah resapan air yang ideal di kawasan bantaran Sungai Bengawan Solo dapat menimbulkan masalah banjir yang bisa merendam beberapa wilayah di kota itu, seperti yang terjadi pada 16-17 Februari 2023 kemarin.
Alih fungsi lahan menjadi permukiman di bantaran Sungai Bengawan Solo disebut sebagai salah satu faktor vital pemicu banjir di kota tersebut. Dikutip dari Kompas.id, sebenarnya pendirian bangunan di sempadan sungai sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau.
“Dari hulu hingga hilir, sepanjang 650 kilometer itu pasti ada bangunan yang berdiri di sempadan sungai. Ini mempersulit program pengendalian banjir, seperti saat akan melakukan pembangunan parapet (tanggul) di bibir sungai,” kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo Maryadi Utama saat dihubungi.
Selain itu, menurut Sri Wahyu Kusumastuti Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan BBWS Bengawan Solo mengatakan bahwa pembangunan yang masif di perkotaan pun menjadi salah satu faktor dan sangat berpengaruh pada peningkatan risiko banjir. Air hujan yang tidak terserap oleh tanah dengan baik, hanya akan menjadi limpasan, dan mengalir ke sungai. Semuanya mempercepat kenaikan debit air sungai dan beban sungai menjadi semakin berat.
Atas peristiwa tersebut, pemerintah Kota Surakarta tidak tinggal diam saja. Berbagai solusi tengah digagas untuk meminimalkan masalah ini, seperti perbaikan drainase, pembuatan embung, hingga penyediaan permukiman vertikal seperti rumah susun.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka pun mengungkapkan rencana tersebut, untuk menata permukiman di bantaran sungai. Dan pilihan dibangunnya rumah susun, tidak menutup kemungkinan menjadi solusi pengentasan masalah itu. Namun, upaya untuk menormalisasikan area bantaran Bengawan Solo kelak tidak akan mudah. Sebab, sebagian rumah disebut sudah bersertifikat.
“Trennya memang harus vertikal semua,” ungkap Gibran.
Gibran juga menambahkan, pihaknya akan terus menjalin komunikasi dengan BBWS Bengawan Solo untuk membahas solusi lain. Dia menginginkan upaya mitigasi dimatangkan untuk mencegah bencana serupa terulang lagi. (WR)