Budaya

Mahesa Lawung, Warisan Budaya Kraton Surakarta yang Berusia Ribuan Tahun

Lawupos.com, KaranganyarKraton Surakarta Hadiningrat menggelar Hajad Dalem Wilujengan Nagari Mahesa Lawung, sebuah tradisi yang dilakukan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi raja, kerabat, dan rakyat. Upacara ini dilaksanakan pada Senin, 13 November 2023, di Alas Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar.

Hajad Dalem Wilujengan Nagari Mahesa Lawung merupakan salah satu dari sepuluh wilujengan yang berkaitan dengan bumi, sawah, gunung, laut, tanaman, hewan, cerdik pandai, suasana iklim atau cuaca, kepercayaan yang berdasarkan kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

Mahesa Lawung merupakan warisan dari para Raja di Pulau Jawa, bahkan sejak masa Hindu-Budha, yang dinamakan Sesaji Rojo Wedo dan Sesaji Rojo Suyo.

Upacara ini dimulai dari Pawon Gondorasan, masuk magangan, masuk pelataran, transit di Bangsal Maligi, Siti Hinggil Lor, hingga Alas Krendowahono.

Di Bangsal Maligi, dilakukan wilujengan atau kirim doa yang dipimpin oleh Mbakyu Dalem SISKS Pakoe Boewono XIII, GKR Alit, dan diikuti oleh beberapa kerabat kraton dan abdi dalem.

Kemudian dilanjutkan wilujengan di Siti Hinggil Lor dengan seluruh uborampe dan termasuk kepala kerbau yang didoakan sebelum diberangkatkan menuju Alas Krendowahono. Sesampai di Alas Krendowahono, dilakukan ritual dan kemudian kepala kerbau dikuburkan.

Menurut pantauan langsung Lawupos.com dilokasi, terlihat hadir Permaisuri Dalem SISKS Pakoe Boewono XIII, GKR Pakoe Boewono, Mbakyu Dalem, GKR Alit, Rayi-Rayi Dalem, diantaranya Pangageng Parentah Kraton Surakarta, KGPH Adipati Dipokusumo, Putri Dalem, para kerabat kraton, sentono dalem, dan abdi dalem.

KGPH Adipati Dipokusumo mengatakan, upacara ini bertujuan untuk mengharmoniskan hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta, sesama manusia dan semua makhluk ciptaan Tuhan, serta manusia dengan alam. Hal ini sesuai dengan konsep Tri Hita Karana yang diajarkan dalam agama Hindu.

“Diharapkan semoga negari itu wilujeng, itu tujuan kegiatan hari ini,” ujarnya.

Selain itu, Kraton Surakarta memaknai tradisi Mahesa Lawung yang intinya mengubur kepala kerbau karena kerbau sering dijadikan perlambang kebodohan. Dengan mengubur kepala kerbau, Kraton ingin mengingatkan bahwa orang Jawa harus bisa memendam kebodohannya.

Alasan pemilihan lokasi Alas Krendowahono karena dekat dengan Sangiran yang banyak ditemukan tulang dari manusia purba yang besar-besar. Lokasi ini juga dipercaya merupakan tempat tulang-tulang dari asura atau raksasa yang ditumpas oleh Bathari Durga. @redaksi

Related Articles

Back to top button