BudayaSoloSolo Raya

Tradisi Grebeg Pasa Kraton Surakarta beri berkah di awal bulan Syawal

Lawupos.com – Kraton Surakarta kembali gelar kirab Dua Gunungan dalam rangka Grebeg Pasa Dawuh Dalem Raja Kraton Surakarta SISKS Pakoe Boewono XIII, Minggu (23/4/2023).

Tradisi yang digelar setiap tahun di awal bulan Syawal itu bertujuan agar kita senantiasa mengingat Sang Pencipta dengan ditandai Dua pasang Gunungan Estri dan Jaler, serta Gunungan Anak.

Sepasang Gunungan yang bermakna kesuburan antara laki-laki dan perempuan, didalamnya juga terdapat simbol-simbol. Diantaranya berupa tanaman yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan juga harapan.

“Tanaman tersebut dari pala pendem, yang intinya kita harus menyadari dari mana asal usul kita,” ujar Pengageng Parentah Kraton Surakarta KGPH. Adipati Dipo Kusumo.

Raja Kraton Surakarta SISKS Pakoe Boewono XIII dan didampingi Prameswari Dalem atau Permaisuri, GKR. Pakoe Boewono menyaksikan langsung upacara pemberangkat kirab Gunungan di Kagungan Dalem Sasana Sewaka.

Dari pantauan langsung Lawupos.com di Keraton Solo, iring-iringan yang diikuti kerabat kraton, dan ratusan abdi dalem dan para prajurit berangkat menuju Masjid Agung mulai pukul 10.30 WIB.

KGPH. Adipati Dipo Kusumo menambahkan, dua Gunungan tersebut sesampainya di Masjid Agung Solo akan diserahkan langsung kepada Takmir Masjid untuk di berikan doa dan kemudian dibagikan kepada masyarakat agar mendapatkan keberkahan.

Sementara itu, untuk mendapatkan keberkahan melalui Gunungan Kraton ternyata dirasakan Alif asal Malang yang rela berebut jajanan tradisional yang telah diporak di halaman Masjid Agung Solo.

“Gak sampai semenit langsung dapat, dan nanti mau di bawa pulang dikasih lihat anak,” ungkapnya bangga.

Ditemui usai kegiatan, Kanjeng Pangeran (KP) H. Dani Nuradiningrat Wakil Pengageng Sasana Wilapa Kraton Surakarta menyampaikan, filosofi yang terkandung dalam Dua pasang Gunungan menurutnya adalah sebuah keseimbangan. Bahwasanya kita harus mengingat masa lalu, memikirkan masa sekarang dan masa depan.

“Alam itu ada laki-laki ada perempuan, ada siang, malam dan sebagainya,” ungkapnya.

Lebih lanjut KP H. Dani Nuradiningrat menjelaskan, Gunungan tersebut terdiri dari jenis makanan. Gunungan Estri makanan yang belum dimasak terdapat pala kependem, pala kesimpar, dan pala gumantung.

“Maknanya adalah kita harus mengingat masa lalu, memikirkan masa sekarang, dan masa depan, bukan impian, tapi harapan,” pungkasnya. (Fjr/Solo)

Related Articles

Back to top button